Eko
Prawoto
Ir. Eko Agus Prawoto M.ARCH, IAI. Atau
dikenal dengan Eko Prawoto adalah sesorang arsitek sekaligus dosen disalah satu
universitas swasta di Yogyakarta. Beliau lahir di Yogyakarta tahun 1959 yang
dikenal karena karya karyanya terkesan “melawan arus”. Selama perjalanan
karirnya di dunia arsitektur, beliau telah mendesain beberapa bangunan (gereja,hunian,
galeri seni, dan cafe) dan mengadakan pameran skala internasional di beberapa
negara di dunia. Eko Prawoto ini memiliki tokoh idolanya, yaitu YB Mangunwijaya
atau Romo Mangun (alm), dikarenakan pandangan Romo Mangun terhadap keberpihakan
pada yang terpinggirkan oleh arus utama.
Eko Prawoto dikenal dengan karya-karyanya
yang beda dari arsitek pada umumnya. Beliau memilihi untuk mengikuti lngkah YB
Mangunwijaya atau Romo Mangun (alm) yang mengarah pada arsitektur humanisme. Yaitu
arsitektur yang berpihak pada ‘memanusiakan’ user yang terpinggirkan oleh
gemerlap pembangunan yang mengejar moderenitas. Karya arsitekturnya menjadi
fenomena yang menarik lantaran kepolosannya. Atau bisa diibaratkan, bersolek
dengan apa yang ada dan tersedia. Bagi Eko, arsitektur bukan sebuah entitas
lepas yang berawal dan berakhir dalam dirinya sendiri. namun lebih sebagai
‘platform' untuk menganyam lagi aspek sosial, budaya dan lingkungan.
Eko Prawoto pernah berkata “Saya
percaya bahwa kita manusia tidak bisa hidup tanpa alam. Jauh di lubuk hati
keberadaan kita selalu menjadi bagian dari alam, kita membutuhkan alam. Ada
bahasa universal yang dipahami oleh semua orang. Mengapa menjadi pengalaman
emosional bagi kita ketika berjalan di bawah pohon, melihat burung terbang,
mendengar bisikan angin, menatap ombak yang tak henti-hentinya, atau melihat
setetes embun yang bersinar di ujung daun kecil, Perasaan itu tidak ada
hubungannya dengan tingkat pendidikan kita atau berapa banyak uang yang kita
miliki di bank. Saya hanya ingin menjaga koneksi yang mendefinisikan keberadaan
kita. Kami tidak lengkap tanpanya”
Karya
Eko Prawoto
Salah satu karnyanya yang menjajahi
pameran skala internasional adalah "WORMHOLE" Instalasi Bambu Karya
Eko Prawoto di Singapore Biennale 2013.
“WORMHOLE” buatan eko prawoto membuat
pemandangan kota singapura lebih menarik dengan instalasi bambu yang terbuat
dari tiga struktur bambu berbentuk kerucut di halaman museum nasional
singapura.
'wormhole' adalah bagian dari
singapore biennale 2013. Eko Prawoto
juga merupakan salah satu tamu khusus yang diundang untuk berkarya menciptakan
instalasi dengan material bambu pada Lombok International Bamboo Festival pada
tanggal 1-8 Desember 2013. 'lubang cacing' buatan eko prawoto menekankan
pemandangan kota singapura dengan memasang tiga struktur bambu berbentuk
kerucut di halaman museum nasional singapura. instalasi imersif mengundang
pemirsa ke dalam interior misteriusnya, yang hanya terlihat melalui celah kecil
di sepanjang sisinya yang terbuka seperti halaman buku. secara tematis,
perjalanan waktu tercermin di dalamnya melalui detail artistik: awan yang
bergerak dapat dilihat melalui lubang melingkar di mahkota kerucut dan bau serta
tekstur bambu yang khas mengingatkan pada masa lalu ketika bahan tersebut
digunakan secara luas. estetis, patung walk-in mensimulasikan kontur
pegunungan, yang asli Indonesia, tetapi sangat jarang di Singapura. cerita
rakyat indonesia menganggap gunung sebagai poros meditasi antara bumi dan
langit, sebuah ide yang mempengaruhi nama karya seni; lubang cacing adalah
lubang hipotetis di galaksi, yang memungkinkan perjalanan waktu dan ruang.
Kesimpulan
Karya Eko Prawoto
Dalam mendesain Eko Prawolo memiliki
ciri tersendiri. Berbeda dengan arsitek kebanyakan yeng mendasain dengan
material baru, Eko lebih memilih malerial daur ulang yang masih layak digunakan.
Di beberapa bangunan yang pernah ia
desain, muncul suatu tipologi yang menjadi keunikan tersendiri. Eko mendesain
bangunan menggunakan perspektif yang menegaskan bahwa bangunan sebagai kebutuhan
untuk melakukan transformasi hidup yang lebih baik. Hidup dengan keberlanjutan,
untuk meminimalisir kerusakan lingkungan.
Untuk menciptakan desain yang
berkelanjutan, Eko mengkonfigurasikan ruang, struktur, materail dan elemen
dekoratif. Empat elemen tersebut digunakan untuk menyelaraskan bangunan dengan Ingkungan
sekitarya.
Konfigurasi ruang yang dimaksud yaitu penataan ruang yang dibuat komunal mewadahi berbagai interaksi dari user bangunan. Untuk struktur bangunan banyak menggunakan Bahan dari alam, seperti kayu, bambu, batu alam. maupun dari batu bata bekas.
Sedangkan untuk elemen dekoratifnya, Eko banyak mengekspos detail sambungan. Baik sambungan kayu yang berbeda penampang, maupun sambungan kayu dengan batualam.
DAFTAR
PUSTAKA
https://issuu.com/windproject/docs/5180911128_winda_ayu_f_dai_sai_c
http://www.teksturepublisher.com/2013/11/wormhole-bamboo-installation-by-eko.html
http://pendidikanseniter.blogspot.com/2016/07/instalasi-bambu-karya-eko-prawoto-di.html
https://www.esplanade.com/offstage/researchers/explore/eko-prawoto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar