IDENTITAS JURNAL
NO |
JUDUL |
PENULIS |
TAHUN |
1 |
Kajian Desain Fasad Baru Grand
Royal Panghegar Bandung Dalam Perspektif Arsitektur Posmodern |
-
Jerry Adam -
Rizki Swandara. R |
2014 |
2 |
Regionalisme dalam Kondisi Post
Modern |
Rislan Syarief |
2012 |
3 |
Polarisasi Arsitektur Modern dan
Post Modern |
-
Marcus Garthva -
Alfred Wijaya |
2006 |
Tabel 1 Identitas Jurnal
PENDAHULUAN
arsitektur
modern adalah pergerakan perubahan yang diawali pada akhir abad ke-19. Selama
periode tersebut terjadi revolusi teknologi, material bangunan, dan mesin.
Akibatnya ada pergeseran dari konstruksi bangunan tradisional menjadi bangunan
yang fungsional dengan teknologi baru. Arsitektur Modern memiliki prinsip yaitu
fungsional dan efisiensi. Fungsional berarti bangunan tersebut benar benar
mampu mewadahi aktifitas penghuninya, dan efisiensi harus mampu diterapkan ke
berbagai hal, efisiensi biaya, efisiensi waktu pengerjaan dan aspek free
maintenance pada bangunan.
Arsitektur
Modern dimulai dengan adanya pengaruh Art Nouveau yang banyak menampilkan
keindahan plastisitas alam, dilanjutkan dengan pengaruh Art Deco yang lebih
mengekspresikan kekaguman manusia terhadap kemajuan teknologi. Konsep tersebut
kemudian dimanifestasikan ke dalam media Arsitektur dan seni, serta gaya hidup.
Karakteristik
Arsitektur modern pada umumnya adalah:
·
Menolak gaya lama.
·
Menolak bordiran atau
ukiran dalam bangunan.
·
Menyederhanakan bangunan
sehingga format detail menjadi tidak perlu.
·
Mengadopsi prinsip bahwa
bahan dan fungsi sangatlah menentukan hasil bangunan.
·
Memandang bagunan sebagai
mesin.
Tokoh arsitektur modern
antara lain adalah:
·
Louis Sullivan.
·
Frank Lloyd Wright
·
Le Corbusier
·
Walter Gropius
·
Ludwig Mies van de Rohe
Pada tahun 1960-an merupakan titik
balik dari jatuhnya Arsitektur Modern. Gaya arsitektur modern (international
style) dianggap telah mencemari kota-kota diseluruh dunia dengan bentuk“ kotak-kotak”
dan “peti kayu” yang monoton, dan menciptakan kota tanpa karakter (no whare).
Karena kritikan itulah muncul pemikiran arsitektur posmodern. Meskipun
merupakan bentuk kritikan terhadap gaya arsitektur modern, arsitektur posmodern
merupakan kelanjutan dari modernisme dan trensendernya, sebuah aktivitas ganda
yang mengakui hubungan kompleks masa kini dengan paradigma dan worldview
sebelumnya.
Gejala Post Modern sebenarnya dipicu
oleh adanya pertumbuhan mashab filsafat baru yang berkembang pasca kebangkitan
Revolusi Industri. Berawal sejak pertama istilah Post Modern diperkenalkan tahun
1930-an, kemudian istilah tersebut segera populer ditahun 1960-an terutama
dalam kalangan artis muda di New York, Amerika Serikat, dengan merujuk pada
gerakan seni di masa-masa Modernisme yang sedang menggapai puncak kejayaannya
akan tetapi mendapat penolakan akibat institusionalisasi dalam museum danakademi.
Kemudian pada tahun 1970-an istilah Post Modern banyak digunakan dalam bidang
arsitektur, seni panggung, lukisan, seni patung, tarian dan musik, bahkan dalam
bidang ideologi. Mencapai tahun 1980-an peristilahan Post Modern menjadi
semakin meluas, karena didorong oleh usahapencarian penjelasan teoritis dan
justifikasi Post Modern dalam bidang seni.
Dalam upaya mendefinisikan Post
Modern dapat dilihat bahwa terdapat
paradoks yang dihadapi oleh para kritikus dan pemikir postmodern. Charles Jencks
sebagai contoh dalam usahanya mendefinisikan postmodernisme didalam bukunya "The
Language of Postmodern Architecture" mendefinisikan Postmodernisme sebagai
eklektikisme atau adhosisme radikal. Berbagai bagian, gaya atau sub-sistem
(yang ada dalam konteks sebelumnya) digunakan dalam sintesis yang baru dan
kreatif. Tetapi pada kenyataanya postmodern tidak semata-mata pengkombinasian
berbagai gaya dari Masa lalu. Postmodernisme jauh lebih kompleks dari hal tersebut.
Menurut Jencks (1977) arsitektur
posmodern memiliki makna double coding yaitu kombinasi antara teknik-teknik modern dengan sesuatu
yang lain biasanya bangunan tradisional yang bertujuan untuk berkomunikasi
dengan masyarakat dan kelompok minoritas tertentu. Arsitektur posmodern
merupakan campuran dan turunan elemen-elemen yang saling bertentangan, seperti
gaya historis dan kontemporer dan campuran antara seni tinggi dan budaya
populer. Fungsi double coding pada bangunan posmodern adalah sebagai alat komunikasi
para arsitek kepada pengguna dan arsitek lain, dan mencoba mengikatkannya dengan
tradisi-tradisi sebelumnya (Jencks, 1977).
RINGKASAN JURNAL
Pada
tahun antara 1960 dan 1970, gerakan Arsitektur Modern (Modern Movement)
binarnya mulai memudar. Bisa dikatakan Arsitektur Modern menjelang ajalnya,
setelah sempat bertahan selama tiga generasi, dengan melalui perkembanganya,
yaitu; Early Modernism, High Modernism, Late Modernism (Trachtenberg. et,al, 1987).
Pada
tanggal 15 juli 1972 merupakan momentum yang dianggap monumental bagi perkembangan
arsitektur posmodern. Pada tanggal itulah apartemen murah Pruitt Igoe karya
Yamazaki, arsitek pengikut aliran modern ortodoks, dihancurkan. Apartemen yang dibangun
dengan ideologi arsitektur modern ternyata melahirkan bangunan yang monoton, tidak
manusiawi, pornografi, vandalisme, dan kriminalitas yang tidak dapat
ditoleransi lagi. Meski banyak biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki elevator
yang macet, jendela yang pecah dan pengecatan kembali dinding-dinding. Namun usaha
tersebut tampaknya tidak memperbaiki keadaan, sehingga pengeboman terhadap
gedung tersebut tidak dapat dihindarkan lagi. Peristiwa tersebut dianggap
sebagai hari “ kematian arsitektur modern” (The death of modern architecture),
dan sekaligus kelahiran sebuah gerakan arsitektur baru, yaitu “arsitektur
posmodern”.
Gambar 1 perumahan
pruitt-igoe
Sumber : http://pencerah.blogspot.com/2016/08/belajar-dari-pruitt-igoe-st-louis-usa.html
kalau
diterjemahkan istilah Post Modern itu sendiri ke dalam Bahasa Indonesia maka
Post Modern dapat diartikan sebagai kata "pasca modern". Pasca mengingatkan
kita kepada artian sesuatu yang telah kita tinggalkan dan lalui, tetapi belum
menerangkan mana kita akan tiba. Jadi Arsitektur Pasca Modern dapatlah
diartikan belumlah mencapai tujuanya yang baru tetapi juga belum sepenuhnya
melepaskan makna dari Modern itu sendiri.
Arsitektur
Postmodern muncul sebagai reaksi terhadap arsitektur modern. Postmodern
merayakan sebuah konsep "Multivalence" (melawan
"univalence" dari modernisme). Arsitektur postmodern menolak tuntutan
modern di mana sebuah bangunan harus mencerminkan kesatuan. Justru sebaliknya buah
karya postmodern berusaha menunjukkan dan memperlihatkan gaya, bentuk, corak,
yang saling bertentangan. Arsitektur postmodern menggunakan beberapa teknik dan
gaya seni tradisional yang ditentang oleh arsitektur modern. Penolakan oleh
postmodern terhadap modern di dasarkan kepada sebuah prinsip, yaitu semua arsitektur
bersifat simbolik. Semua bangunan, termasuk bangunan modern, sebenarnya sedang
berbahasa dengan bahasa tertentu. Penekanan pada fungsi mendorong arsitek
modern menyingkirkan dimensi - dimensi tersebut. Fokus kepada fungsi (utility),
karya seni arsitektur modern hanya merupakan sebuah teknik membangun tanpa
nuansa artistik, sehingga dimensi artistik telah lenyap dari karya seni modern.
Penekanan pada fungsi, keajaiban dunia seperti bangunan Katedral masa silam
tidak lagi populer pada zaman modern.
Enam
Prinsip Arsitektur Posmodern Menurut Charles Jencks
·
Pertama, double codded
yang bermakna posmodern memiliki ketegangan permanen dan bersifat hibrid,
campuran dan ambigu.
·
Kedua, posmodern adalah
arsitektur hibrida. arsitek posmodernis mengklaim bangunannya berakar pada
tempat dan sejarah. Berbeda dengan arsitektur modern, mereka kembali kepada
perbendaharaan ekspresi arsitektural masa lalu, seperti penggunaan ornamen,
simbol, humor, dan konteks kota.
·
Ketiga, arsitektur
posmodern berkeinginan menjadi Schizophrenia. Sebuah penyakit mental yang
menunjukkan seseorang yang memiliki dua keadaan mental yang saling bertentangan
pada saat yang sama
·
Keempat, posmodern adalah
arsitektur dengan bahasa. Dengan kata lain, agar dapat dibaca dengan gaya multivalen posmodern harus
memiliki bahasa arsitektur.
·
Kelima, posmodern adalah
arsitektur yang cenderung kaya dengan metafor, baru dan bersangkutan, Posmodern
berfokus pada aspek-aspek semantik (simbolisme dan makna).
·
Keenam, posmodern adalah
arsitektur yang merespon multiplicity „keragaman‟ kota. Perbedaan antara
posmodern dengan modern terletak pada aspek-aspek konstekstual dan kultural
dalam penciptaan karya-karyanya seperti simbolisme, ornamen, humor, teknologi,
hubungan arsitek dengan existing dan budaya masa lalu
PEMBAHASAN
Jurnal
dengan judul Kajian Desain Fasad Baru Grand Royal Panghegar Bandung Dalam
Perspektif Arsitektur Posmodern. Yang ditulis oleh Jerry Adam dan Rizki
Swandara. R pada tahun 2014 membahas tentang Konsep Fasad Hotel Grand Royal
Panghegar Bandung.
Gambar 2 Grand Royal
Panghegar Bandung
Pemilik
hotel Grand Royal Panghegar menginginkan sebuah hotel yang konteks dengan
bangunan-bangunan Art Deco disekitarnya. Art Deco sebagai langgam arsitektur
bangunan - bangunan bersejarah di kota Bandung dirasa penting untuk tetap
dipertahankan eksistensinya. Konsep Art Deco diharapkan bisa menjadi daya tarik
bagi pengunjung untuk menginap dan tinggal di bagunan yang sekarang menjadi
salah satu hotel pariwisata yang ada di kota Bandung. Berangkat dari keinginan
owner, arsitek memberikan solusi desainbangunan posmodern yang tercipta dari
penggabungan arsitektur Art Deco dengan arsitektur modern.
Gambar 3 lantai podium Grand Royal Panghegar dengan
ornamen Art Deco
Sumber : https://www.spotpedia.id/grand-royal-panghegar-hotel-bandung/666/
Unsur-unsur
fasad yang mencerminkan arsitektur posmodern pada Fasad
Grand Royal Panghegar didesain dengan semangat memunculkan kembali gaya Art Deco
sebagai karakteristik Ornamen Art Deco bisa ditemukan pada sebagaian besar
fasad bangunan Grand Royal Panghegar,baik itu podium, badan bangunan, sampai
kepala bangunan semuanya tidak terlepas dari sentuhan ornamen Art Deco.
Langgam
Art Deco menunjukkan adanya kontekstualisme pada Grand Royal Panghegar dengan
lingkungan sekitar yang banyak didominasi oleh bangunan-bangunan bersejarah yang
memiliki langgam Art Deco. Salah satu contohnya adalah unsur jendela pada
Gedung setasiun Ketreta Api Bandung yang memiliki kemiripan dengan jendela pada
Grand Royal Panghegar.
Penerapan
unsur-unsur arsitektur modern minimalis pada fasad massa bangunan baru cukup
direpresentasikan dengan jelas pada penggunaan cladding, pemilihan material, pemilihan
warna dan tekstur, penggabungan komposisi massa bangunan, dan tidak ditemukannya
penggunaan motif yang rumit. Secara keseluruhan, desain pada fasad massa bangunan
baru dibuat sederhana, elegan, dan menerapkan prinsip “form follow function” juga “less
is more”.
Secara
keseluruhan bangunan Grand Royal Panghegar memiliki kesamaan dengan arsitektur
posmodern, diantaranya memiliki makna double codding yang terlihat dari adanya
kombinasi antara teknik modern dengan sesuatu yang lain (sejarah). Beragam
ornamen Art Deco dapat dilihat pada bangunan grand Royal Panghegar baik yang
diterapkan secara jelas ataupun yang mengalami modifikasi bentuk.
Bangunan Grand Royal
Panghegar didesain dengan cara berpikir yang berbeda dengan proses desain
arsitektur modern. Grand Royal Panghegar cenderung memperhatikan soal
penerimaan tipe bangunan bersejarah dan interest terhadap aspek simbolik pada
bentuk fasad. Eksplorasi
terhadap seni Art Deco sangat kental terasa pada bangunan Grand Royal
Panghegar, sebagian besar bangunan ini menggunakan substruktur granit berwarna
hitam ataupun putih, hal ini merupakan usaha dari sang arsitek untuk
menghadirkan kembaliornament figuratif. terjadi
penggabungan dua makna yang berbeda pada bangunan Grand Royal Panghegar yaitu
penggabungan dua langgam berbeda, Art Deco dan modern.
Jurnal
dengan judul Regionalisme Dalam Kondisi Post-modern. Yang ditulis oleh Rislan
Syarief pada tahun 2012 membahas tentang kebangkitan arsitektur post modern.
Dalam gejala kebangkitan arsitektur post modern Menelusuri kembali sebagai kilas
balik dari pertumbuhan sejarah filsafat/ideologi modern yang bermula berkembang
sedemikian pesatnya sejak abad ke 19 akibat disulut oleh adanya kebangkitan
Revolusi Industri, dimana memberikan akibat dengan tumbuhnya perubahan secara
besar-besaran di bidang ekonomi, sosial dan teknologi yang merupakan kerangka
dasar dari revolusi industri tersebut.
Dalam
dunia arsitektur, pemikiran baru tersebut memberikan pengaruh yang besar kepada
para arsitek untuk membangun daya kreasinya, terutama dengan ditunjang oleh
adanya penemuan teknologi dan bahan yang timbul bersamaan dengan kebangkitan
Revolusi Industri. Sebuah hasil dari pemikiran baru mengenai
pandangan hidup yang lebih manusiawi seperti moralis, nasionalis, materialis,
standarisasi serta kejujuran yang diterapkan dalam bentuk fisik bangunan
Setelah berpendar-pendar lebih kurang
setengah abad, agaknya binar arsitektur modern tersebut mulai meredup dan
memudar seiring timbulnya rasa kejenuhan terhadap nilai logis dan rasional
dalam falsfat modern. Dalam bidang arsitektur
kritik tersebut agaknya lebih banyak dilontarkan kepada faham Arsitektur Modern
yang dianggap kurang memperhatikan kehidupan yang realistis di alam nyata, tetapi
lebih banyak memperhatikan kepada bagaimana seharusnya kehidupan manusia itu.
Pada
tahun antara 1960 dan 1970, gerakan Arsitektur Modern (Modern Movement)
binarnya mulai memudar. Ajal Arsitektur Modern benar-benar sampai bersamaan
dengan dirobohkannya sebuah bangunan Pruit-Igoe Housing di St. Louis, negara
bagian Missouri, Amerika Serikat tepatnya pada tanggal 15 Juli tahun 1972.
Di
dalam dunia arsitektur, aliran Post Modern dikatakan sebagai penerus dari era
"Mannerism" di zaman Renaissance di Italy abad 14-15. Karena itu juga
dinamakan Post Modern sebagai "Super Mannerism". teori-teori yang
berkembang dalam Post Modern tak lebih hanya serangan terhadap Modernitas, yang
bersumber pada teori irasional dan anti pencerahan dari Nietzche, Martin
Heidegger dan sebagainya.
Berdasar
pola pendapat seperti ini kemudian berkembang sebuah anggapan bahwa persoalan
Post Modern sebenarnya adalah sebuah kondisi total dalam era awal melenium
ketiga yang dapat dilihat dari adanya fenomena segala sesuatu yang saling
bertentangan.Fenomena awalnya adalah runtuhnya wibawa berbagai bentuk ideologi,
sekaligus memunculkan aneka bentukfundamentalisme yang justru memutlakkan
ideologi (fundamentalisme agama, fundamentalisme ekonomi pasar,f undamentalisme
politik nasionalis, bahkan fundamentalisme epistemologi modern).
Jurnal
dengan judul Polarisasi Arsitektur Modern dan Post Modern. Yang ditulis oleh
Marcus Garthva dan Alfred Wijaya pada tahun 2006 menyatakan pengurangan
bartahap gerakan arsitektur telah cenderung untuk menyederhanakan secara
berlebihan kebermulaan yang kompleks Gerakan Arsitektur Modern. Penyederhanaan
tersebut merupakan representasi perngurangan bertahap prinsip-prinsip normatif
gerakan arsitektur modern. Hal tersebut dapat dilihat pada perkembangan gerakan
arsitektur modern dari Eropah sampai di Amerika Serikat. Eksibisi Hitchcock dan
Johnson 1932 pada Museum Seni Modern di New York, serta Gaya Internasional
Arsitektur sejak 1922, menunjukkan kecenderungan pada pengurangan stereometry.
Hal tersebut berupa bangunan-bangunan dengan bentuk-bentuk dasar, sesuai dengan
ide-ide Bauhaus dan Le Corbusier.
Modernisme
Dalam Arsitektur upaya untuk kembali (set back) ke formula awal sejarah arsitketur,
bukan merupakan satu-satunya jalan keluar bagi arsitektur modern, yang mengutamakan
'isi(content) dan monotonisme abstraksi fungsionalis-arsitektur modern,
diantaranya karena pengaruh inovasi teknologi-rekayasa. Faktor utama dalam
mengevaluasi arsitektur yang berkembang adalah pemisahan masalah gaya
arsitektur dari peran non-objectif (isi/content). Hal tersebut menunjukkan
bahwa arsitektur tidak hams merupakan produk dari pemenuhan hal-hal yang
berkaitan dengan konstruksi dan fungsi, tetapi harus memiliki content.
Daniel
Bell menganggap bahwa pada akhir dekade 1960-an modernisme telah habis, tidak
ada lagi ketegangan. Impuls-impuls kreatifnya telah surut. ia sudah menjadi
bejana kosong. Pada dasarnya, cara pandang Postmodern muncul sebagai reaksi
terhadap fakta bahwa modernisme tidak pernah mencapai impian yang
dicita-citakan. Semangat tersebut telah menghasilkan kemajuan yang pesat dalam
berbagai bidang kehidupan dalam waktu yang relatif singkat. Mimpi untuk
memiliki dunia yang lebih baik dengan bermodalkan pengetahuan berhasil
terwujud, Namun hal itu tidak berlangsung lama, sampai kemudian ditemukan juga
begitu banyak dampak negatif dari ilmu pengetahuan bagi dunia. Teknologi juga
tidak memberikan waktu senggang bagi manusia untuk beristirahat dan menikmati
hidup, di masa lampau yang mana waktu senggang relatif banyak.
Pada
era-modern, teknologi telah berhasil menciptakan alat-alat yang memudahkan
pekerjaan manusia, sehingga semua seharusnya orang lebih memiliki waktu luang
dibanding dulu, tetapi kenyataannya semua orang lebih sibuk dibanding dulu.
Teknologi instan yang ada saat ini justru menuntut pribadi-pribadi untuk lebih
bekerja keras agar mendapatkan hasil yang maksimal dari efektivitas yang diciptakan.
Teori sastra dekonstruksi memberi masukan pada filsafat postmodern yang mana
pemaknaan sebuah realitas dinilai berbeda oleh masing-masing orang. Pemaknaan
menjadi subjektif, dan pemaknaan subjektif menjadi kebenaran bagi pribadi yang
bersangkutan. Karena itu, postmodernisme tidak mengakui adanya satu kebenaran dan
modernisme dianggap sebagai suatu kebodohan.
Late
modern yang menjadi respon terhadap post modern Pada beberapa tahun awal
munculnya post modern, debat tentang gaya arsitektur cukup luas, peperangan
gaya arsitektur modern-posmo benar-benar panas, menujukkan peperangan yang
sesungguhnya untuk memperoleh kekuatan, siapa yang membangun kota-kota. Hal ini
mencerminkan pergantian mendasar dalam kebudayaan Barat menuju pluralisme dan konfrontasi.
Arsitek
Late Modern, secara konstras, didisain dengan melakukan perbandingan sejarah,
dimana asal usul gerakan mereka memang berakar pada sejarah. Arsitektur modern
berkonsentrasi pada abstraksi keabadian bangunan: ruang, geometri, cahaya dan secara
umum menolak membicarakan isu-isu gaya, kepercayaan mereka lebih nyata.
Pada
polarisasi Arsitketur Modern dan Post Modern Arsitek-arsitek,
seperti halnya artis-artis, tidak bersedia dimasukkan dalam katagori gaya
arsitektur yang bukan pilihan mereka. Charles Jencks menyatakan sebaiknya
perbedaan tersebut dikenali, baik sifat partisan dari aktifitasnya. Dalam hal
ini jasa arsitektur bukan suatu layanan seperti profesi medis, tetapi lebih
kepada profesi advokasi, seperti bantuan hukum.
Pada
tahap akhir perkembangan arsitketur modern terdapat dua gaya utama telah berkembang
yaitu: Posmo telah mengevolusi gaya bebas klasik, Late Modern telah menciptakan
estetika perak industri. Masing-masing gaya mempunyai kelebihan dan motivasi
profesional. Secara umum perbedaan-perbedaan tersebut
posmo vs late modern adalah: Gaya bebas -klasik vs abstraksi perak, adhoc
penggabungan vs vokabulary formal, bentuk simbolik vs grid netral, bentuk
figura vs picturesque, ornamen aplikatif vs struktur, equipment vs ornamen,
panggilan sejarah masa klasik vs janji akan masa yang akan datang.
Prinsip-Prinsip
Dan Kecenderungan Gerakan Arsitektur, Pada tahun 1920-an arah baru dalam arsitektur
timbul dari perdebatan tentang masalah-masalah orang tinggal bersama-sama dikompleks
perumahan dan apartemen bertingkat tinggi, dan oleh penolakan atas kosakata
eklektisme. Gagasan-gagasan gerakan fungsionalisme dan gaya internasional,
mengusai perkembangan arsitektur secara internasional pada beberapa dekade. contoh
arsitektur karya arsitek tunggal, dapat digolongkan dalam berbagai tipe: rasonal,
simbolik, psikologik. Variasi-variasi yang terjadi pada dekade terakhir menunjukkan
fenomena pluralisme, yang dapat dikelompokkan dalam rasional, simbolik dan
psikologik.
KESIMPULAN
Kesimpulan
berdasarkan pembahasan ketiga jurnal adalah pada akhir masanya, gaya arsitektur
modern memiliki banyak sekali pertentangan atau kritik dari banyak orang,
diakhir masanya arsitektur modern juga dirasa sudah tidak lagi relevan karena
dianggap bentuk-bentuknya yang monoton, dan lain lain. Gaya arsitektur ini
mengalami kehancuran yang cukup besar di akhir masa jayanya.
Dengan
berakhirnya masa arsitektur modern munculah arsitektur post-modern dengan gaya
yang lebih eksplore tidak hanya bentuk kotak-kotak saja seperti arsitektur
modern, gaya arsitektur ini memiliki bentukan yang lebih dinamis karena
mempertimbangkan bentuk dan estetika tidak hanya mempertimbangkan fungsi
DAFTAR PUSTAKA
https://www.rumah.com/panduan-properti/arsitektur-modern-40999
http://repository.unika.ac.id/18996/6/07110098%20%20Ni%20Wayan%20Lida%20Apriyanti%20-%20BAB%205.pdf
http://repository.unika.ac.id/16207/6/12.11.0110%20ALVIANO%20ADYAKSYAHPUTRA.BAB%20V.pdf
http://miasiibungsu.blogspot.com/2013/05/periode-perkembangan-sejarah-arsitektur.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar