Jumat, 14 Januari 2022

TRANSISI ARSITEKTUR MODERN MENJADI POST-MODERN

IDENTITAS JURNAL

NO

JUDUL

PENULIS

TAHUN

1

Kajian Desain Fasad Baru Grand Royal Panghegar Bandung Dalam Perspektif Arsitektur Posmodern

-        Jerry Adam

-        Rizki Swandara. R

2014

2

Regionalisme dalam Kondisi Post Modern

Rislan Syarief

2012

3

Polarisasi Arsitektur Modern dan Post Modern

-        Marcus Garthva

-        Alfred Wijaya

2006

Tabel 1 Identitas Jurnal

PENDAHULUAN

arsitektur modern adalah pergerakan perubahan yang diawali pada akhir abad ke-19. Selama periode tersebut terjadi revolusi teknologi, material bangunan, dan mesin. Akibatnya ada pergeseran dari konstruksi bangunan tradisional menjadi bangunan yang fungsional dengan teknologi baru. Arsitektur Modern memiliki prinsip yaitu fungsional dan efisiensi. Fungsional berarti bangunan tersebut benar benar mampu mewadahi aktifitas penghuninya, dan efisiensi harus mampu diterapkan ke berbagai hal, efisiensi biaya, efisiensi waktu pengerjaan dan aspek free maintenance pada bangunan.

Arsitektur Modern dimulai dengan adanya pengaruh Art Nouveau yang banyak menampilkan keindahan plastisitas alam, dilanjutkan dengan pengaruh Art Deco yang lebih mengekspresikan kekaguman manusia terhadap kemajuan teknologi. Konsep tersebut kemudian dimanifestasikan ke dalam media Arsitektur dan seni, serta gaya hidup.

Karakteristik Arsitektur modern pada umumnya adalah:

·         Menolak gaya lama.

·         Menolak bordiran atau ukiran dalam bangunan.

·         Menyederhanakan bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu.

·         Mengadopsi prinsip bahwa bahan dan fungsi sangatlah menentukan hasil bangunan.

·         Memandang bagunan sebagai mesin.

Tokoh arsitektur modern antara lain adalah:

·         Louis Sullivan.

·         Frank Lloyd Wright

·         Le Corbusier

·         Walter Gropius

·         Ludwig Mies van de Rohe

Pada tahun 1960-an merupakan titik balik dari jatuhnya Arsitektur Modern. Gaya arsitektur modern (international style) dianggap telah mencemari kota-kota diseluruh dunia dengan bentuk“ kotak-kotak” dan “peti kayu” yang monoton, dan menciptakan kota tanpa karakter (no whare). Karena kritikan itulah muncul pemikiran arsitektur posmodern. Meskipun merupakan bentuk kritikan terhadap gaya arsitektur modern, arsitektur posmodern merupakan kelanjutan dari modernisme dan trensendernya, sebuah aktivitas ganda yang mengakui hubungan kompleks masa kini dengan paradigma dan worldview sebelumnya.

Gejala Post Modern sebenarnya dipicu oleh adanya pertumbuhan mashab filsafat baru yang berkembang pasca kebangkitan Revolusi Industri. Berawal sejak pertama istilah Post Modern diperkenalkan tahun 1930-an, kemudian istilah tersebut segera populer ditahun 1960-an terutama dalam kalangan artis muda di New York, Amerika Serikat, dengan merujuk pada gerakan seni di masa-masa Modernisme yang sedang menggapai puncak kejayaannya akan tetapi mendapat penolakan akibat institusionalisasi dalam museum danakademi. Kemudian pada tahun 1970-an istilah Post Modern banyak digunakan dalam bidang arsitektur, seni panggung, lukisan, seni patung, tarian dan musik, bahkan dalam bidang ideologi. Mencapai tahun 1980-an peristilahan Post Modern menjadi semakin meluas, karena didorong oleh usahapencarian penjelasan teoritis dan justifikasi Post Modern dalam bidang seni.

Dalam upaya mendefinisikan Post Modern dapat dilihat bahwa  terdapat paradoks yang dihadapi oleh para kritikus dan pemikir postmodern. Charles Jencks sebagai contoh dalam usahanya mendefinisikan postmodernisme didalam bukunya "The Language of Postmodern Architecture" mendefinisikan Postmodernisme sebagai eklektikisme atau adhosisme radikal. Berbagai bagian, gaya atau sub-sistem (yang ada dalam konteks sebelumnya) digunakan dalam sintesis yang baru dan kreatif. Tetapi pada kenyataanya postmodern tidak semata-mata pengkombinasian berbagai gaya dari Masa lalu. Postmodernisme jauh lebih kompleks dari hal tersebut.

Menurut Jencks (1977) arsitektur posmodern memiliki makna double coding yaitu kombinasi  antara teknik-teknik modern dengan sesuatu yang lain biasanya bangunan tradisional yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan kelompok minoritas tertentu. Arsitektur posmodern merupakan campuran dan turunan elemen-elemen yang saling bertentangan, seperti gaya historis dan kontemporer dan campuran antara seni tinggi dan budaya populer. Fungsi double coding pada bangunan posmodern adalah sebagai alat komunikasi para arsitek kepada pengguna dan arsitek lain, dan mencoba mengikatkannya dengan tradisi-tradisi sebelumnya (Jencks, 1977).

 

RINGKASAN JURNAL

Pada tahun antara 1960 dan 1970, gerakan Arsitektur Modern (Modern Movement) binarnya mulai memudar. Bisa dikatakan Arsitektur Modern menjelang ajalnya, setelah sempat bertahan selama tiga generasi, dengan melalui perkembanganya, yaitu; Early Modernism, High Modernism, Late Modernism (Trachtenberg. et,al, 1987).

Pada tanggal 15 juli 1972 merupakan momentum yang dianggap monumental bagi perkembangan arsitektur posmodern. Pada tanggal itulah apartemen murah Pruitt Igoe karya Yamazaki, arsitek pengikut aliran modern ortodoks, dihancurkan. Apartemen yang dibangun dengan ideologi arsitektur modern ternyata melahirkan bangunan yang monoton, tidak manusiawi, pornografi, vandalisme, dan kriminalitas yang tidak dapat ditoleransi lagi. Meski banyak biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki elevator yang macet, jendela yang pecah dan pengecatan kembali dinding-dinding. Namun usaha tersebut tampaknya tidak memperbaiki keadaan, sehingga pengeboman terhadap gedung tersebut tidak dapat dihindarkan lagi. Peristiwa tersebut dianggap sebagai hari “ kematian arsitektur modern” (The death of modern architecture), dan sekaligus kelahiran sebuah gerakan arsitektur baru, yaitu “arsitektur posmodern”.

Gambar 1 perumahan pruitt-igoe

Sumber : http://pencerah.blogspot.com/2016/08/belajar-dari-pruitt-igoe-st-louis-usa.html

kalau diterjemahkan istilah Post Modern itu sendiri ke dalam Bahasa Indonesia maka Post Modern dapat diartikan sebagai kata "pasca modern". Pasca mengingatkan kita kepada artian sesuatu yang telah kita tinggalkan dan lalui, tetapi belum menerangkan mana kita akan tiba. Jadi Arsitektur Pasca Modern dapatlah diartikan belumlah mencapai tujuanya yang baru tetapi juga belum sepenuhnya melepaskan makna dari Modern itu sendiri.

Arsitektur Postmodern muncul sebagai reaksi terhadap arsitektur modern. Postmodern merayakan sebuah konsep "Multivalence" (melawan "univalence" dari modernisme). Arsitektur postmodern menolak tuntutan modern di mana sebuah bangunan harus mencerminkan kesatuan. Justru sebaliknya buah karya postmodern berusaha menunjukkan dan memperlihatkan gaya, bentuk, corak, yang saling bertentangan. Arsitektur postmodern menggunakan beberapa teknik dan gaya seni tradisional yang ditentang oleh arsitektur modern. Penolakan oleh postmodern terhadap modern di dasarkan kepada sebuah prinsip, yaitu semua arsitektur bersifat simbolik. Semua bangunan, termasuk bangunan modern, sebenarnya sedang berbahasa dengan bahasa tertentu. Penekanan pada fungsi mendorong arsitek modern menyingkirkan dimensi - dimensi tersebut. Fokus kepada fungsi (utility), karya seni arsitektur modern hanya merupakan sebuah teknik membangun tanpa nuansa artistik, sehingga dimensi artistik telah lenyap dari karya seni modern. Penekanan pada fungsi, keajaiban dunia seperti bangunan Katedral masa silam tidak lagi populer pada zaman modern.

Enam Prinsip Arsitektur Posmodern Menurut Charles Jencks

·         Pertama, double codded yang bermakna posmodern memiliki ketegangan permanen dan bersifat hibrid, campuran dan ambigu.

·         Kedua, posmodern adalah arsitektur hibrida. arsitek posmodernis mengklaim bangunannya berakar pada tempat dan sejarah. Berbeda dengan arsitektur modern, mereka kembali kepada perbendaharaan ekspresi arsitektural masa lalu, seperti penggunaan ornamen, simbol, humor, dan konteks kota.

·         Ketiga, arsitektur posmodern berkeinginan menjadi Schizophrenia. Sebuah penyakit mental yang menunjukkan seseorang yang memiliki dua keadaan mental yang saling bertentangan  pada saat yang sama

·         Keempat, posmodern adalah arsitektur dengan bahasa. Dengan kata lain, agar dapat dibaca  dengan gaya multivalen posmodern harus memiliki bahasa arsitektur.

·         Kelima, posmodern adalah arsitektur yang cenderung kaya dengan metafor, baru dan bersangkutan, Posmodern berfokus pada aspek-aspek semantik (simbolisme dan makna).

·         Keenam, posmodern adalah arsitektur yang merespon multiplicity „keragaman‟ kota. Perbedaan antara posmodern dengan modern terletak pada aspek-aspek konstekstual dan kultural dalam penciptaan karya-karyanya seperti simbolisme, ornamen, humor, teknologi, hubungan arsitek dengan existing dan budaya masa lalu

PEMBAHASAN

Jurnal dengan judul Kajian Desain Fasad Baru Grand Royal Panghegar Bandung Dalam Perspektif Arsitektur Posmodern. Yang ditulis oleh Jerry Adam dan Rizki Swandara. R pada tahun 2014 membahas tentang Konsep Fasad Hotel Grand Royal Panghegar Bandung.

Gambar 2 Grand Royal Panghegar Bandung

Sumber : https://m.tribunnews.com/bisnis/2016/05/03/investor-kondotel-grand-royal-panghegar-resah-nasib-investasi-propertinya-tak-jelas

Pemilik hotel Grand Royal Panghegar menginginkan sebuah hotel yang konteks dengan bangunan-bangunan Art Deco disekitarnya. Art Deco sebagai langgam arsitektur bangunan - bangunan bersejarah di kota Bandung dirasa penting untuk tetap dipertahankan eksistensinya. Konsep Art Deco diharapkan bisa menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk menginap dan tinggal di bagunan yang sekarang menjadi salah satu hotel pariwisata yang ada di kota Bandung. Berangkat dari keinginan owner, arsitek memberikan solusi desainbangunan posmodern yang tercipta dari penggabungan arsitektur Art Deco dengan arsitektur modern.

Gambar 3  lantai podium Grand Royal Panghegar dengan ornamen Art Deco

Sumber : https://www.spotpedia.id/grand-royal-panghegar-hotel-bandung/666/

Unsur-unsur fasad yang mencerminkan arsitektur posmodern pada Fasad Grand Royal Panghegar didesain dengan semangat memunculkan kembali gaya Art Deco sebagai karakteristik Ornamen Art Deco bisa ditemukan pada sebagaian besar fasad bangunan Grand Royal Panghegar,baik itu podium, badan bangunan, sampai kepala bangunan semuanya tidak terlepas dari sentuhan ornamen Art Deco.

Langgam Art Deco menunjukkan adanya kontekstualisme pada Grand Royal Panghegar dengan lingkungan sekitar yang banyak didominasi oleh bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki langgam Art Deco. Salah satu contohnya adalah unsur jendela pada Gedung setasiun Ketreta Api Bandung yang memiliki kemiripan dengan jendela pada Grand Royal Panghegar.

Penerapan unsur-unsur arsitektur modern minimalis pada fasad massa bangunan baru cukup direpresentasikan dengan jelas pada penggunaan cladding, pemilihan material, pemilihan warna dan tekstur, penggabungan komposisi massa bangunan, dan tidak ditemukannya penggunaan motif yang rumit. Secara keseluruhan, desain pada fasad massa bangunan baru dibuat sederhana, elegan, dan menerapkan prinsip “form follow function” juga “less is more”.

Secara keseluruhan bangunan Grand Royal Panghegar memiliki kesamaan dengan arsitektur posmodern, diantaranya memiliki makna double codding yang terlihat dari adanya kombinasi antara teknik modern dengan sesuatu yang lain (sejarah). Beragam ornamen Art Deco dapat dilihat pada bangunan grand Royal Panghegar baik yang diterapkan secara jelas ataupun yang mengalami modifikasi bentuk.

Bangunan Grand Royal Panghegar didesain dengan cara berpikir yang berbeda dengan proses desain arsitektur modern. Grand Royal Panghegar cenderung memperhatikan soal penerimaan tipe bangunan bersejarah dan interest terhadap aspek simbolik pada bentuk fasad. Eksplorasi terhadap seni Art Deco sangat kental terasa pada bangunan Grand Royal Panghegar, sebagian besar bangunan ini menggunakan substruktur granit berwarna hitam ataupun putih, hal ini merupakan usaha dari sang arsitek untuk menghadirkan kembaliornament figuratif. terjadi penggabungan dua makna yang berbeda pada bangunan Grand Royal Panghegar yaitu penggabungan dua langgam berbeda, Art Deco dan modern.

Jurnal dengan judul Regionalisme Dalam Kondisi Post-modern. Yang ditulis oleh Rislan Syarief pada tahun 2012 membahas tentang kebangkitan arsitektur post modern. Dalam gejala kebangkitan arsitektur post modern Menelusuri kembali sebagai kilas balik dari pertumbuhan sejarah filsafat/ideologi modern yang bermula berkembang sedemikian pesatnya sejak abad ke 19 akibat disulut oleh adanya kebangkitan Revolusi Industri, dimana memberikan akibat dengan tumbuhnya perubahan secara besar-besaran di bidang ekonomi, sosial dan teknologi yang merupakan kerangka dasar dari revolusi industri tersebut.

Dalam dunia arsitektur, pemikiran baru tersebut memberikan pengaruh yang besar kepada para arsitek untuk membangun daya kreasinya, terutama dengan ditunjang oleh adanya penemuan teknologi dan bahan yang timbul bersamaan dengan kebangkitan Revolusi Industri. Sebuah hasil dari pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang lebih manusiawi seperti moralis, nasionalis, materialis, standarisasi serta kejujuran yang diterapkan dalam bentuk fisik bangunan

Setelah berpendar-pendar lebih kurang setengah abad, agaknya binar arsitektur modern tersebut mulai meredup dan memudar seiring timbulnya rasa kejenuhan terhadap nilai logis dan rasional dalam falsfat modern. Dalam bidang arsitektur kritik tersebut agaknya lebih banyak dilontarkan kepada faham Arsitektur Modern yang dianggap kurang memperhatikan kehidupan yang realistis di alam nyata, tetapi lebih banyak memperhatikan kepada bagaimana seharusnya kehidupan manusia itu.

Pada tahun antara 1960 dan 1970, gerakan Arsitektur Modern (Modern Movement) binarnya mulai memudar. Ajal Arsitektur Modern benar-benar sampai bersamaan dengan dirobohkannya sebuah bangunan Pruit-Igoe Housing di St. Louis, negara bagian Missouri, Amerika Serikat tepatnya pada tanggal 15 Juli tahun 1972.

Di dalam dunia arsitektur, aliran Post Modern dikatakan sebagai penerus dari era "Mannerism" di zaman Renaissance di Italy abad 14-15. Karena itu juga dinamakan Post Modern sebagai "Super Mannerism". teori-teori yang berkembang dalam Post Modern tak lebih hanya serangan terhadap Modernitas, yang bersumber pada teori irasional dan anti pencerahan dari Nietzche, Martin Heidegger dan sebagainya.

Berdasar pola pendapat seperti ini kemudian berkembang sebuah anggapan bahwa persoalan Post Modern sebenarnya adalah sebuah kondisi total dalam era awal melenium ketiga yang dapat dilihat dari adanya fenomena segala sesuatu yang saling bertentangan.Fenomena awalnya adalah runtuhnya wibawa berbagai bentuk ideologi, sekaligus memunculkan aneka bentukfundamentalisme yang justru memutlakkan ideologi (fundamentalisme agama, fundamentalisme ekonomi pasar,f undamentalisme politik nasionalis, bahkan fundamentalisme epistemologi modern).

Jurnal dengan judul Polarisasi Arsitektur Modern dan Post Modern. Yang ditulis oleh Marcus Garthva dan Alfred Wijaya pada tahun 2006 menyatakan pengurangan bartahap gerakan arsitektur telah cenderung untuk menyederhanakan secara berlebihan kebermulaan yang kompleks Gerakan Arsitektur Modern. Penyederhanaan tersebut merupakan representasi perngurangan bertahap prinsip-prinsip normatif gerakan arsitektur modern. Hal tersebut dapat dilihat pada perkembangan gerakan arsitektur modern dari Eropah sampai di Amerika Serikat. Eksibisi Hitchcock dan Johnson 1932 pada Museum Seni Modern di New York, serta Gaya Internasional Arsitektur sejak 1922, menunjukkan kecenderungan pada pengurangan stereometry. Hal tersebut berupa bangunan-bangunan dengan bentuk-bentuk dasar, sesuai dengan ide-ide Bauhaus dan Le Corbusier.

Modernisme Dalam Arsitektur upaya untuk kembali (set back) ke formula awal sejarah arsitketur, bukan merupakan satu-satunya jalan keluar bagi arsitektur modern, yang mengutamakan 'isi(content) dan monotonisme abstraksi fungsionalis-arsitektur modern, diantaranya karena pengaruh inovasi teknologi-rekayasa. Faktor utama dalam mengevaluasi arsitektur yang berkembang adalah pemisahan masalah gaya arsitektur dari peran non-objectif (isi/content). Hal tersebut menunjukkan bahwa arsitektur tidak hams merupakan produk dari pemenuhan hal-hal yang berkaitan dengan konstruksi dan fungsi, tetapi harus memiliki content.

Daniel Bell menganggap bahwa pada akhir dekade 1960-an modernisme telah habis, tidak ada lagi ketegangan. Impuls-impuls kreatifnya telah surut. ia sudah menjadi bejana kosong. Pada dasarnya, cara pandang Postmodern muncul sebagai reaksi terhadap fakta bahwa modernisme tidak pernah mencapai impian yang dicita-citakan. Semangat tersebut telah menghasilkan kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan dalam waktu yang relatif singkat. Mimpi untuk memiliki dunia yang lebih baik dengan bermodalkan pengetahuan berhasil terwujud, Namun hal itu tidak berlangsung lama, sampai kemudian ditemukan juga begitu banyak dampak negatif dari ilmu pengetahuan bagi dunia. Teknologi juga tidak memberikan waktu senggang bagi manusia untuk beristirahat dan menikmati hidup, di masa lampau yang mana waktu senggang relatif banyak.

Pada era-modern, teknologi telah berhasil menciptakan alat-alat yang memudahkan pekerjaan manusia, sehingga semua seharusnya orang lebih memiliki waktu luang dibanding dulu, tetapi kenyataannya semua orang lebih sibuk dibanding dulu. Teknologi instan yang ada saat ini justru menuntut pribadi-pribadi untuk lebih bekerja keras agar mendapatkan hasil yang maksimal dari efektivitas yang diciptakan. Teori sastra dekonstruksi memberi masukan pada filsafat postmodern yang mana pemaknaan sebuah realitas dinilai berbeda oleh masing-masing orang. Pemaknaan menjadi subjektif, dan pemaknaan subjektif menjadi kebenaran bagi pribadi yang bersangkutan. Karena itu, postmodernisme tidak mengakui adanya satu kebenaran dan modernisme dianggap sebagai suatu kebodohan.

Late modern yang menjadi respon terhadap post modern Pada beberapa tahun awal munculnya post modern, debat tentang gaya arsitektur cukup luas, peperangan gaya arsitektur modern-posmo benar-benar panas, menujukkan peperangan yang sesungguhnya untuk memperoleh kekuatan, siapa yang membangun kota-kota. Hal ini mencerminkan pergantian mendasar dalam kebudayaan Barat menuju pluralisme dan konfrontasi.

Arsitek Late Modern, secara konstras, didisain dengan melakukan perbandingan sejarah, dimana asal usul gerakan mereka memang berakar pada sejarah. Arsitektur modern berkonsentrasi pada abstraksi keabadian bangunan: ruang, geometri, cahaya dan secara umum menolak membicarakan isu-isu gaya, kepercayaan mereka lebih nyata.

Pada polarisasi Arsitketur Modern dan Post Modern Arsitek-arsitek, seperti halnya artis-artis, tidak bersedia dimasukkan dalam katagori gaya arsitektur yang bukan pilihan mereka. Charles Jencks menyatakan sebaiknya perbedaan tersebut dikenali, baik sifat partisan dari aktifitasnya. Dalam hal ini jasa arsitektur bukan suatu layanan seperti profesi medis, tetapi lebih kepada profesi advokasi, seperti bantuan hukum.

Pada tahap akhir perkembangan arsitketur modern terdapat dua gaya utama telah berkembang yaitu: Posmo telah mengevolusi gaya bebas klasik, Late Modern telah menciptakan estetika perak industri. Masing-masing gaya mempunyai kelebihan dan motivasi profesional. Secara umum perbedaan-perbedaan tersebut posmo vs late modern adalah: Gaya bebas -klasik vs abstraksi perak, adhoc penggabungan vs vokabulary formal, bentuk simbolik vs grid netral, bentuk figura vs picturesque, ornamen aplikatif vs struktur, equipment vs ornamen, panggilan sejarah masa klasik vs janji akan masa yang akan datang.

Prinsip-Prinsip Dan Kecenderungan Gerakan Arsitektur, Pada tahun 1920-an arah baru dalam arsitektur timbul dari perdebatan tentang masalah-masalah orang tinggal bersama-sama dikompleks perumahan dan apartemen bertingkat tinggi, dan oleh penolakan atas kosakata eklektisme. Gagasan-gagasan gerakan fungsionalisme dan gaya internasional, mengusai perkembangan arsitektur secara internasional pada beberapa dekade. contoh arsitektur karya arsitek tunggal, dapat digolongkan dalam berbagai tipe: rasonal, simbolik, psikologik. Variasi-variasi yang terjadi pada dekade terakhir menunjukkan fenomena pluralisme, yang dapat dikelompokkan dalam rasional, simbolik dan psikologik.

KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan pembahasan ketiga jurnal adalah pada akhir masanya, gaya arsitektur modern memiliki banyak sekali pertentangan atau kritik dari banyak orang, diakhir masanya arsitektur modern juga dirasa sudah tidak lagi relevan karena dianggap bentuk-bentuknya yang monoton, dan lain lain. Gaya arsitektur ini mengalami kehancuran yang cukup besar di akhir masa jayanya.

Dengan berakhirnya masa arsitektur modern munculah arsitektur post-modern dengan gaya yang lebih eksplore tidak hanya bentuk kotak-kotak saja seperti arsitektur modern, gaya arsitektur ini memiliki bentukan yang lebih dinamis karena mempertimbangkan bentuk dan estetika tidak hanya mempertimbangkan fungsi

DAFTAR PUSTAKA

https://www.rumah.com/panduan-properti/arsitektur-modern-40999

http://repository.unika.ac.id/18996/6/07110098%20%20Ni%20Wayan%20Lida%20Apriyanti%20-%20BAB%205.pdf

http://repository.unika.ac.id/16207/6/12.11.0110%20ALVIANO%20ADYAKSYAHPUTRA.BAB%20V.pdf

http://miasiibungsu.blogspot.com/2013/05/periode-perkembangan-sejarah-arsitektur.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARYA EKO PRAWOTO SANG TOKOH ARSITEKTUR NUSANTARA

  Eko Prawoto Ir. Eko Agus Prawoto M.ARCH, IAI. Atau dikenal dengan Eko Prawoto adalah sesorang arsitek sekaligus dosen disalah satu univers...